Pages

Minggu, 27 Mei 2012

Jejak Langkah Sang Pengabdi


Hidup dan pengabdian memang penuh misteri dan seringkali sulit sekali dimengerti. 
Simak saja perjalanan sejumlah orang besar yang hidupnya memang sulit dipahami.
Ada yang mengabdi dalam bidang sosial, pendidikan, agama, lingkungan dan seni
Ada yang berjuang menemani yang sakit sekarat karena sedikit yang ambil peduli
Ada juga yang tak gentar mendekati dan merawat yang sakit karena kutukan leprosi
Pokoknya yang dijauhi manusia normal mereka datangi dengan kasih sepenuh hati
Yang penting bisa memberi apa yang dapat diberi, membakti apa yang dapat dibakti.

Mereka mengabdi berjuang karena mereka memang mau mengabdi dan berjuang,
Mereka memberi sentuhan pada banyak orang tanpa berlama-lama menggantang,
Mengapa berjuang, bagaimana merentang, dan apa yang nanti bakal bisa didulang,
Karena bagi mereka bukan apa yang bakal datang dan apa yang bisa dibawa pulang,
Melainkan apa yang bakal didulang bergantang-gantang oleh mereka yang memang
Berharap dapat hidup lebih baik di dunia yang semakin lama jelas semakin garang.

Pengabdian adalah kata yang sering dikumandangkan oleh para pemberi teladan,
Bukan saja karena ungkapan ini memang layak dijadikan landasan dan panutan
Tetapi juga karena kata ini memang merupakan salah satu tolok ukur peradaban.
Tanpa pengabdian manusia dan kemanusiaan akan kehilangan makna dan tujuan
Yang tersisa mungkin cuma kerakusan dan keserakahan terpilin dalam satu jalinan.
Kemanusiaan dan peradaban harus terus menjadikan perjuangan dan pengabdian
Bukan hanya sebagai landasan tetapi juga sebagai satu tolok ukur keberhasilan.

Dia yang sekarang berdiri di depan dengan senyum gembira dan wajah berseri-seri,
Juga pribadi yang sarat bukan hanya dengan perjuangan tetapi juga tekad mengabdi 
Setelah menggantikan dia yang lain sebagai pemimpin tertinggi di negeri tercinta ini, 
Mulailah dia canangkan tempaan sikap pribadi dan profesi yang tangguh dan mandiri,
Mengajak semua orang untuk menapak masa nanti yang katanya penuh harapan ini
Dengan lebih berani, agar lebih berarti, dengan lebih mengabdi, agar lebih mandiri.
Kini setelah akhirnya tiba juga masa mengakhiri jabatan sebagai pemimpin tertinggi
Kami yakin engkau tetap bergeming walau cuma seinci karena bisikan inti hati nurani
Bahwa di masa depan nanti awak negeri harus senantiasa berjuang dan mengabdi
Menjadikan semua manusia dewasa tak hanya sejahtera tetapi juga tegak mandiri
Selalu siap berjuang, berkarya dan mengabdi untuk bangsa dan negeri hari demi hari 
Untuk kemanusiaan dan perabadan sebagai satu tolok ukur pencapaian paling tinggi
Keberhasilan dan kejayaan sebuah negeri bahkan untuk jaman modern seperti kini.

Akhirnya karena semua yakin bahwa tak ada kata akhir bagi tekad untuk mengabdi,
Meski suatu ketika nanti engkau memang tak lagi menjadi pemimpin tertinggi negeri 
Kami berharap engkau mau berdiri di belakang kami agar jejak sebagai si pengabdi 
Tetap abadi dan lestari di hati kami, di dalam karya-karya kami, di dalam inti sanubari
Persis seperti yang diungkapkan si penyair post aut propter - peracti labores jucundi 
Sesudah itu betapa menyenangkan karena pekerjaan akhirnya usai dan purna pari.
Ah ... akhirnya dapat juga kupetik kecapi berbalutkan sinar mentari senja atau pagi 
Sehingga sonata yang pernah kugubah dulu tapi tak sempat dilayarkan tinggi-tinggi
Sekarang berbingkaikan nostalgia pengabdian yang telah usai dapat juga dinikmati
Tak hanya oleh para dewa dewi tetapi juga para pengabdi di seantero pelosok negeri
Karena memang untaian puisi ini dimaksudkan sebagai sembah bakti bagi pengabdi
Yang tanpa kenal hari terus silih berganti pada sesama membaktikan semua energi 
Agar apa yang pernah diajarkan oleh sang Putra bahwa hidup menjadi lebih berarti
Jika empati pada sesama dijadikan ujung tombak semua langkah nurani pengabdi
Tak hanya tertulis dalam kitab suci tetapi juga menjadi langkah kegiatan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar